Ketika Hidup Tak Lagi Nyata

Sadar atau tidak, mungkin kehidupan manusia mulai bergeser ke arah dunia maya. Saya jadi ikut memikirkan hal ini ketika membaca tulisan singkat Pak Budi Rahardjo yang ini. Coba deh dihitung, berapa lama waktu yang kita habiskan di depan alat-alat canggih yang kita miliki. Sepertinya ada yang kurang bila dalam sehari kita tidak mengecek Facebook atau Twitter. Sesibuk-sibuknya kita, selalu saja disempatkan untuk membuka jejaring sosial.

Hidup itu rasanya tidak bisa jauh dari internet. Kalau mau bermain angka sedikit, berdasarkan data yang dimiliki Bank Dunia pada tahun 2010*, dalam persentase populasi, pengguna internet di Indonesia itu 9,9%. Artinya, dari 100 kepala, ada sekitar 10 orang  pengguna internet, dan jumlah itu terus meningkat! Angka penetrasi dalam persen populasi untuk pengguna internet Indonesia mencapai 22,4%**. Lumayan besar kan?

Sekarang, lupakan angka-angka tersebut, dan lihat kenyataan di sekeliling kita. Seberapa sering kita melihat orang yang berada di tempat makan atau tempat nongkrong lainnya bersama beberapa teman, tetapi malah terlihat sibuk dengan ponsel atau laptopnya masing-masing? Seberapa sering kita ada pada kondisi mengikuti rapat yang tempatnya “dipindahkan” ke media daring, di grup Facebook misalnya? Mungkin informasi penting yang biasa disebarkan melalui SMS pun sekarang sudah dipindahkan melalui Facebook  semua.

Ah ya, saya sampai terlupa. Faktanya menunjukkan bahwa penggunaan paket data meningkat dibandingkan fungsi ponsel pada awal mula dibuatnya: telepon dan SMS. Komunikasi melalui BlackBerry Messenger (BBM) merupakan salah satu contoh nyata bahwa penggunaan paket data saat ini memang meningkat pesat, walaupun sebenarnya RIM sendiri sudah mulai kembang-kempis napasnya.

Ketika semuanya sudah pindah ke dunia maya, apakah sebenarnya kita masih “hidup” di dunia nyata?

* Sumber data dari sini

** Sumber data dari situ

Tinggalkan komentar